Sejak 2 tahun yang lalu, di
kampus..... saya punya kakak kelas yang
akrab banget, sama-sama perempuan. Saya enjoy kalo curhat dengan dia... dia benar-benar
perhatian sama saya, dia suka jemput saya kuliah. Kami sering pergi,
jalan-jalan dan hang-out berdua ke mana-mana. Dia juga suka menasehati saya.
Saya senang sekali dan sudah menganggap dia sebagai kakak saya sendiri.
Jujur, sebagai anak tunggal…sejak kecil saya sering
merasa kesepian, tidak punya teman
ngobrol, sedangkan papa mama sibuk jaga
toko.
Tapi sekarang saya bingung, karena
teman saya ini suka marah kalau saya ga mau diajak pergi, padahal saya ingin
selesaikan tugas-tugas kuliah. Saya juga
mulai sering bolos ke gereja karena menemani dia jalan-jalan. Katanya dia ga
mau pergi kalau tidak bersama saya.
Dia juga selalu kepengen tau
jadwal saya setiap hari, dan saya harus terbuka sama dia, pokoknya ga boleh ada
rahasia di antara kita.
Saya takut kalau dia marah, jadi
saya selalu menuruti keinginannya.
Saya juga takut kalau kami tidak
bersahabat lagi, karena sejak bersama dia, saya ga pernah kesepian lagi?
Saya harus bagaimana ya? (Viena,
20 tahun)
Viena,
Terima kasih untuk pertanyaan Anda. Terima kasih juga untuk
kejujuran Anda atas perasaan Anda terhadap diri sendiri.
Saya bisa memahami perasaan Anda, senang sekali rasanya bisa
memiliki sahabat yang sangat memperhatikan kita layaknya seperti kakak sendiri.
Apalagi selama ini Anda merasa kesepian, tapi sejak bersahabat dengan dia, Anda tidak
merasa kesepian lagi.
Nampaknya... hal yang sama juga dirasakan oleh teman Anda.
Bagi dia....Anda juga sahabat yang penting. Ada berbagai bentuk
perhatian yang dia berikan untuk Anda, contohnya : menjemput kuliah, menjadi
teman curhat, memberikan nasehat, mengajak Anda hang-out, bahkan selalu ingin
tahu apa yang Anda lakukan setiap hari.
Sebagai individu, kita pasti memerlukan hubungan dengan sesama dan
persahabatan.
Thomas Aquinas berkata, “Persahabatan
adalah sumber kesenangan terbesar, dan tanpa sahabat, kegiatan yang paling
menyenangkan sekalipun jadi membosankan.”
Amsal 18 : 24b menuliskan, “Ada
juga sahabat yang lebih karib daripada seorang saudara.”
Namun, Amsal 12:26 juga mengingatkan kita, “Orang benar berhati-hati dalam persahabatan, tetapi jalan orang fasik
menyesatkan mereka.” (terjemahan bebas dari Alkitab bahasa Inggris/NIV) .
Artinya...kita juga perlu berhati-hati di dalam persahabatan,
karena ada persahabatan yang sehat dan yang tidak sehat.
Kita perlu mengamati apakah sahabat kita membawa pengaruh positif
dalam hidup kita? Hal-hal di bawah ini
bisa menjadi ukuran seberapa sehatnya persahabatan kita :
- Apakah sahabat kita mendorong kita untuk membuat pilihan yang
bijaksana?
- Apakah mereka menolong kita untuk bertumbuh? Apakah mereka
menolong kita untuk mendekat kepada Tuhan?
- Apakah mereka memotivasi dalam kemalasan kita, bersukacita karena
keberhasilan kita, menangis dalam duka kita, menentang dosa kita, menghibur
kala kita sakit, tertawa dalam kegembiraan kita?
Beberapa persahabatan pada awalnya memang kelihatan wajar, tetapi
bisa berbalik bisa menjadi sesuatu yang merusak bila menghambat pengembangan
diri dan menciptakan halangan untuk bertumbuh.
Jika saya melihat persahabatan Anda, pada awalnya cukup baik,
namun kemudian menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut :
- Memaksakan keinginannya. Jika keinginannya tidak Anda turuti, ia
menjadi marah.
- Lebih memilih untuk menghabiskan waktu hanya bersama dengan Anda,
bahkan eksklusif hanya berdua saja.
- Tidak mau melakukan apa pun jika sahabatnya tidak diikutsertakan
(ketergantungan yang berlebihan).
- Memberi perhatian secara berlebihan, bahkan cenderung mengontrol
kehidupan pribadi. Contohnya : ia ingin
mengetahui jadwal Anda dan menuntut Anda untuk menceritakan segalanya (tidak
boleh ada rahasia).
- Tidak mendukung sahabatnya. Ia tidak peduli bahwa Anda harus
menyelesaikan tugas kuliah, yang penting baginya adalah Anda harus menemaninya.
- Perlahan-lahan membuat Anda semakin menjauhi ibadah.
Oleh karena itu, saya bisa memahami Anda yang menjadi bingung
karena Anda mulai merasakan bahwa persahabatan Anda dengannya semakin tidak
sehat. Tapi di sisi lain Anda takut kehilangan sahabat yang begitu
memperhatikan Anda.
Nah, ada beberapa hal yang mungkin dapat menjadi masukan, sebagai berikut :
Pertama, alangkah baiknya jika
Anda dapat berinisiatif mengajak teman
Anda untuk bergabung dengan komunitas yang membangun, seperti CareCell, persekutuan mahasiswa, atau ibadah Youth supaya persahabatan kalian
tidak eksklusif berdua saja, melainkan sama-sama bertumbuh dalam pengenalan
akan Kristus. Dengan demikian, Anda
dapat memberikan pengaruh positif untuk teman Anda, bukan sebaliknya.
Selain itu, apabila Anda
aktif terlibat dalam komunitas,
teman-teman Anda semakin banyak dan Anda tidak akan merasa sendirian
lagi.
Kedua, Anda harus menetapkan batasan -batasan dalam persahabatan.
Anda perlu belajar untuk berkata "tidak" terhadap
permintaan dia jika Anda harus
menyelesaikan tugas kuliah ataupun tanggung jawab lainnya.
Ada batasan juga dalam kehidupan pribadi dan privacy Anda yang tidak harus diketahui
oleh dia.
Ketiga, apabila teman Anda semakin memberikan tekanan atau pengaruh
negatif, Anda perlu mempertimbangkan kedekatan hubungan kalian.
Karena di dalam 1 Korintus 15:33, menuliskan bahwa “Pergaulan yang buruk dapat merusak kebiasaan
yang baik.”
Apakah Anda akan membiarkan kehidupan Anda semakin mundur demi
menuruti keinginan dia?
Tentukan pilihan yang benar dalam persahabatan !
Kita perlu belajar bagaimana dan kapan harus mempertahankan
persahabatan tertentu, melepaskan yang lain
dan mengembangkan yang baru di sepanjang perjalanan hidup.
Tuhan Yesus memberkati !
No comments:
Post a Comment