Institusi pendidikan yang utama adalah keluarga.
Di dalam keluarga yang sehat, setiap orang selalu belajar satu sama
lain, termasuk di mana pria dapat belajar dari kaum wanita dan sebaliknya, dan
generasi demi generasi dapat belajar satu sama lain.
Anak-anak perlu belajar dari orangtua mereka dan pembelajaran tersebut
dapat mempengaruhi kehidupan mereka di masa mendatang.
Anak laki perlu melihat karakter kepriaan di dalam teladan sang ayah.
Dan….anak laki perlu mempelajari kelemahlembutan, kasih sayang dan
ketrampilan berkomunikasi melalui ibu. Para ibu perlu mengajar anak-anak laki
untuk menghargai dan menghormati perbedaan-perbedaan yang diciptakan Allah
dalam wanita.
Dalam Kejadian 2,
Allah telah menciptakan Adam, yang utuh dan sempurna dalam segala hal, kecuali
Adam tidak memiliki seorang pun di mana ia dapat berbagi hidup. Maka Allah
membuat Adam tertidur dan ‘mengambil’ sesuatu daripadanya. Dengan apa yang Ia
ambil dari Adam, Allah menjadikan seorang wanita, kemudian membangunkan Adam,
menyatukan keduanya, dan berkata “Sangat Baik !”
Kemudian Adam telah
memiliki seseorang untuk berbagi hidup.
Nah, saat Allah
mengambil sesuatu dari Adam, sesuatu yang hilang ini menjadi kebutuhan Adam.
Dari sesuatu yang Allah ambil dari Adam, dibentukNyalah seorang wanita.
Jadi, Allah menaruh
apa yang dibutuhkan oleh pria di dalam diri satu pribadi yang disebut wanita.
Sejak saat itu, pria telah melakukan pencarian akan apa yang hilang.
Kita semua
membutuhkan sesuatu dan kita mencari orang-orang yang memiliki apa yang tidak
kita miliki.
Sama dengan wanita
juga tidak memiliki ‘satu paket yang sempurna’ dalam dirinya. Allah mengambil
sesuatu dari pria untuk menciptakan wanita, dan sejak saat itu, wanita mencari
dari mana mereka berasal supaya bisa menjadi sempurna.
Kejadian 2:18,
Allah menjadikan seorang isteri untuk melengkapi suami, bukan untuk menyaingi
suaminya.
Seorang pria akan
mencari apa yang ia rasa hilang dari dirinya dan kenyataan bahwa ‘paket dari
Allah’ itu berada dalam tubuh wanita.
Allah membangun
sebuah kekuatan besar di dalam pria dan wanita yang disebut dorongan seks (1
Korintus 7:1).
Allah telah
menciptakan kaum pria yang lebih beorientasi pada fisik dan kaum wanita lebih
beorientasi pada perasaan.
Karena hormon
testosteron, membuat anak laki-laki secara umum lebih berfokus pada dunia fisik
mereka dan lebih sedikit berfokus pada dunia emosional mereka.
Menurut penelitian,
pada usia 4 tahun, hampir 100% suara-suara yang keluar dari bibir seorang anak
perempuan kecil adalah kata-kata komunikasi, sementara 60% dari suara-suara yang keluar dari seorang
anak laki-laki hanyalah suara belaka...suara derit ban, tembakan senapan, bunyi
pesawat terbang, dan sebagainya.
Ada 2 dampak dari
perbedaan pria dan wanita :
1.
Pria
lebih berorientasi pada fisik dan semua keterlibatan fisik memicu api, yaitu
dorongan seksual. Pada saat hormon pria terpicu, pikiran pria berhenti bekerja.
Dengan kata lain, setiap keterlibatan secara fisik sifatnya malah tidak
produktif.
2. Kaum
pria tidak mahir atau merasa nyaman dalam hal mengkomunikasikan dunia di dalam
dirinya....emosinya dan perasaannya. Ia butuh memperoleh cara berkomunikasi,
yang ada pada diri wanita.
Kekacauan terbesar
dalam masyarakat kita saat ini adalah kecanduan seks dan pronografi yang benar-benar tidak bermoral.
Ternyata, beberapa faktor
penyebab hal
tersebut adalah akibat :
1.
Jurang
antara perkembangan fisik dan emosional.
Pada saat memasuki masa pubertas, hormon
testosteron akan memberikan rangsangan seksual. Sehingga anak remaja pria
menemukan apa yang dapat membuatnya merasa enak. Ini terjadi secara alamiah.
Tapi pengalaman ini bisa mengejutkan dan juga menakutkan.
Di lain pihak, ada suara negatif bahwa seks
adalah tabu, sehingga tidak ada pembicaraan atau edukasi tentang seks secara
benar. Anak tidak mendapat informasi yang benar tentang seks, sehingga mereka
merasa bersalah dengan dorongan seks mereka.
Rasa bersalah membuat mereka
menyembunyikannya. Perasaan mereka tentang keinginan seksual diartikan sebagai
sesuatu yang jahat, padahal sebenarnya adalah sesuatu yang alamiah.
Inilah yang mengakibatkan kecanduan seks.
Asal mula setiap kecanduan, pertama-tama
adalah melakukan sesuatu yang kita rasakan buruk. Sebagai akibatnya kita akan
menghakimi diri sendiri sebagai orang yang buruk. Bila kita menghakimi diri
kita sendiri dengan buruk, maka kita secara alami akan melakukan sesuatu yang
buruk. Merasa buruk tentang diri kita sendiri akan menyebabkan kita melakukan
lebih banyak hal buruk lagi. Dan saat kita lebih banyak lagi melakukannya, kita
merasa lebih buruk dan kemudian akan melakukan lagi, sehingga menjadi satu
lingkaran ikatan, yaitu kecanduan.
2.
Emosi
pria yang tertahan.
Mentalitas “macho/jantan” dalam masyarakat
kita mengajarkan setiap anak laki-laki untuk menyangkal dan menyembunyikan
perasaan-perasaan mereka. Pria sejati dianggap seharusnya tidak memiliki
perasaan-perasaan dan tidak boleh menangis.
Orangtua yang sering melarang anak
laki-laki menangis, tanpa sengaja mengajarkan anak laki-laki untuk memutuskan
hubungan dengan perasaan-perasaan tubuh akan rangsangan seksual dari
perasaan-perasaan hati.
Itulah sebabnya sangat mungkin bagi pria
untuk menikmati seks dengan seorang wanita yang bukan istrinya.
Sebaliknya, kebanyakan wanita tidak dapat
menikmati seks dengan pria di luar suami mereka karena para wanita dengan tepat
menghubungkan perasaan-perasan tubuh akan rangsangan seksual dengan perasaan
kasih secara emosional.
3.
Sensualitas
pria yang tertahan.
Anak laki belajar bagaimana caranya untuk
tidak penuh kasih sayang dan peka.
Contoh : tidak menggandeng tangan ibu.
Akibatnya pria tidak dapat memenuhi
kebutuhan tersebesar istri mereka, yaitu kasih sayang.
4.
Ego
pria.
Allah telah
memerintahkan kaum pria suatu tanggung jawab untuk menjaga dan
memelihara keluarga mereka. Ego kaum pria adalah sumber kekuatan yang menolong
para pria memerangi faktor-faktor luar yang akan mengancam peranan ini.
Masyarakat secara perlahan telah
mengembangkan suatu peranan yang menyimpang bagi ego kaum pria.
Contoh : semakin jantan seorang pria,
semakin banyak wanita yang secara seksual bisa ditaklukkan.
5.
Peran
masyarakat.
Pornografi saat ini tersedia dan tersebar
di mana serta dianggap normal. Pria secara alamiah akan dirangsang melalui
kelima indra jasmani mereka.
Jadi kita perlu menjaga anak-anak remaja
pria kita secara fisik, rohani dan mental.
Kita perlu menolong mereka dengan
memberikan informasi dan mendampingi mereka melewati tahun masa remaja dengan
baik.
PERANAN IBU
Ibu adalah pahlawan
setiap pria. Para pahlawan memiliki sesuatu yang tidak kita miliki atau
melakukan sesuatu yang tidak dapat kita lakukan.
Para ibu memiliki
kemampuan-kemampupan yang tidak dimiliki anak laki dan mereka melakukan banyak
hal yang tidak dapat dilakukan oleh anak laki-laki.
1. Para
ibu memberi
‘tools’ kepada anak laki-laki mereka.
Para ibu adalah ahli dalam
mengkomunikasikan perasaan-perasaan mereka. Sifat ibu yang penuh kasih sayang
dapat mengajar anak laki-laki untuk menjadi pribadi yang penuh kasih sayang.
Bagian dari apa yang Allah masukkan dalam
‘satu paket’ ke dalam wanita adalah ketrampilan emosional untuk komunikasi yang
berhasil.
Keahliannya menggunakan ‘tools’ ini akan sangat menolong dia pada saat ia berjumpa
dengan seorang wanita yang ia coba kenali lebih jauh. Ia juga perlu memahami
apa yang sebaiknya tidak dilakukan supaya dapat mengelola dorongan hormon.
2. Ibu
berkencan dengan anak laki-laki.
Kencan adalah suatu komunikasi yang
terencana dan spesial. Ini adalah situasi yang ideal bagi para ibu untuk
melatih anak laki dalam komunikasi. Kencan dilakukan dengan meninggalkan rumah.
Di rumah, biasanya ibu berperan sebagai bos, pengajar, pelayan atau bahkan
musuh. Tetapi dalam kencan, ibu menjadi
seorang teman.
Sebagai seorang teman, akan terjadi
komunikasi dari hati ke hati, dan ini
adalah cara untuk membangun hubungan yang sejati.
Anak laki-laki perlu belajar bagaimana
membagikan apa yang mereka sedang rasakan.
Kencan juga merupakan kesempatan untuk
melatih anak laki bagaimana bertatakrama, seperti membukakan pintu bagi wanita,
menyediakan tempat duduk lebih dulu dan sebagainya.
Kencan dapat dipraktekkan sebulan sekali.
3. Membangun
ego kepriaan anak laki-laki.
Allah menciptakan dan memperlengkapi pria
untuk berurusan dengan dunia luar. Mereka adalah penyedia kebutuhan dan pelindung
keluarga mereka. Tanggung jawab ini membutuhkan kekuatan batiniah dan para pria
membutuhkan wanita untuk membangun kekuatan ini. Pria membutuhkan dorongan dan
semangat dari wanita.
Wanita yang terpenting dalam kehidupan anak
laki yang masih kecil adalah ibunya. Anak laki membutuhkan kata pujian,
kekaguman dan pengakuan dari sang ibu.
4. Mengajar
anak laki-laki untuk menghormati wanita.
Pada saat memasuki tahun remaja, sangat
penting anak laki mendengarkan dan memahami perasaan-perasaan yang dimiliki
kaum wanita. Ibu adalah guru yang sempurna.
Dalam masyarakat, terlalu banyak pria yang
berpikir tentang wanita sebagai obyek.
Mereka perlu belajar bahwa wanita adalah
orang biasa dengan perasaan yang nyata.
5. Membangun
persahabatan.
Ketika anak-anak masih kecil, mereka
membutuhkan orangtua untuk dukungan fisik. Saat bertumbuh masuh ke dalam
kedewasaan, mereka seharusnya menjadi lebih mandiri lagi. Hubungan
orangtua-anak seharusnya berubah dari ketergantungan fisik menjadi
persahabatan.
Bertumbuh mandiri secara fisik membutuhkan
hikmat, yang hanya diperoleh melalui hubungan.
Bila para ibu tidak pernah mengubah posisi
dari posisi sebagai ibu kepada persahabatan, maka anak –anak laki akan
kehilangan kesempatan untuk belajar dari persahabatan dengan seorang wanita.
PERANAN AYAH
Para ayah perlu bercakap-cakap dengan anak
laki mereka. Mereka perlu berbicara tentang seks dengan cara yang positif.
Yaitu membagikan kepada anak laki bagaimana caranya mereka telah belajar
mengatasi perubahan dan perasaan-perasaan di dalam tubuh mereka sendiri.
Ini akan menyiapkan anak-anak laki secara
pendidikan, sementara pada saat yang bersamaan meningkatkan keintiman dan
persahabatan ayah-anak.
Marilah kita para orangtua
menjadi jawaban bagi generasi-generasi yang akan datang !!
(Sumber : John Burns)
No comments:
Post a Comment