Wednesday 15 October 2014

Kekerasan Anak & TV



Sebagai orangtua saya bingung dengan anak kami yang berumur 6 tahun. Mamanya sering dipanggil oleh guru kelas karena dia sering memukul temannya. Kata gurunya, ini disebabkan anak kami terlalu banyak menonton TV.  Anak kami memang senang nonton TV setiap hari.
Yang ingin saya tanyakan, apakah TV dapat mempengaruhi anak sehingga jadi suka memukul temannya? Apa hubungannya antara TV dengan suka memukul?
(Sony, 34 tahun)



Bpk Sony,
Terima kasih untuk pertanyaan Anda. Terima kasih juga untuk kejujuran Anda atas perasaan Anda terhadap anak bahkan terhadap diri sendiri.
Saya bisa memahami perasaan Anda yang sedang bingung dengan tingkah laku anak Anda. Tentunya sebagai orangtua kita memiliki kerinduan agar anak kita bertumbuh menjadi individu yang memiliki karakter yang baik, cerdas dan sukses.

Sehubungan dengan pertanyaan Anda apakah ada hubungan antara TV dengan tingkah laku anak yang suka memukul,  sesungguhnya TV  tidak bisa dikatakan sebagai satu-satunya faktor yang bisa menjadi penyebab anak suka memukul.  Namun TV bisa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi  tingkah laku seorang anak.

Well....kita semua tahu betapa besar kemajuan dan perubahan yang terjadi semenjak TV ditemukan. Kita dapat menyaksikan siaran berita dari berbagai peristiwa di seluruh dunia, kita dapat menyaksikan berbagai jenis film, dari film kartun, drama, biografi, aksi, edukasi, dari dalam dan luar negeri. Anak juga dapat belajar berbagai hal dari TV, seperti acara musik, olahraga, kesenian dan program edukasi yang dapat menambah wawasan anak. Hanya sayangnya, persentasi acara TV yang bersifat mendidik masih sangat sedikit sekali.

Nah, jika memang begitu banyak kemajuan yang diberikan dengan adanya TV, lalu di mana letak masalahnya?
Sebenarnya TV-nya sendiri memang tidak bermasalah. Problemnya adalah berapa lama anak-anak kita menonton TV, apa yang ditonton dan apa pengaruhnya bagi mereka?

Pokok permasalahan yang terbesar adalah ketidakmampuan seorang anak untuk membedakan dunia yang ia lihat di TV dengan dunia nyata. Bila orang dewasa melihat film, mereka bisa membedakan antara apa yang sungguh terjadi atau hanya fiksi belaka. Orang dewasa tahu bahwa kekerasan  yang  ditonton hanya terjadi dalam film. Sebaliknya, anak-anak kebanyakan belum mengetahui apa itu akting, efek kamera, dan sebagainya. Sehingga bagi mereka, dunia di luar rumah adalah dunia yang seperti yang ada di TV, yang mereka lihat setiap kali.  Misalnya mereka melihat tokoh jagoannya mengalahkan penjahat. Akhirnya bagi mereka kekerasan menjadi hal yang biasa, dan boleh-boleh saja dilakukan apalagi terhadap orang yang bersalah, karena memang itu semua ditunjukkan dalam film-film. 

Hal ini pernah dibuktikan di Amerika Serikat, di mana hasil penelitian menunjukkan bahwa karena terlalu banyak menonton TV, anak dapat jadi beranggapan bahwa kekerasan adalah hal yang wajar, dan bagian dari hidup sehari-hari. Dan sebagai akibatnya, mereka menjadi lebih agresif dan memiliki kecenderungan untuk memecahkan tiap persoalan dengan jalan kekerasan terhadap orang lain.
Dan.... perlu diketahui bahwa perilaku agresif sejak usia dini, akan berpengaruh pada perilaku anak ketika dewasa nanti. Seperti kenakalan remaja, kekerasan dan kriminal. 

Hal lainnya lagi adalah saat menonton TV, anak menjadi kurang beraktivitas karena hanya duduk di depan TV dan melihat apa yang ada di TV. Akibatnya, anak menjadi pasif, karena memang orang yang menonton TV tidak perlu berbuat apa-apa. Hanya duduk, mendengar dan melihat apa yang ada di TV. Sehingga kemampuan berpikir dan kreatifitas anak tidak terasah, karena ia tidak perlu lagi membayangkan sesuatu seperti halnya bila ia membaca buku atau mendengar musik.
Apalagi jika anak sudah kecanduan menonton TV, tidaklah heran jika ia melalaikan tanggung jawabnya seperti belajar ataupun mengerjakan tugasnya. Jangankan anak-anak, orang dewasa pun jika sudah kecanduan menonton film, bisa melupakan segalanya.

Untuk itu, ada beberapa tips yang mungkin bisa dilakukan untuk menghadapi masalah ini, antara lain:
·         Ajak anak untuk melakukan aktifitas lain, selain hanya menonton TV. Orangtua dapat mengajak anak bermain atau berolahraga di sekitar rumah. Atau dapat juga memperkenalkan dan mengajarkannya suatu hobi yang baru, sehingga ia dapat mengerjakan hobinya sendiri.
·         Buatlah jadwal menonton dan aturan mainnya. Atur waktu yang jelas, kapan menonton televisi, kapan belajar dan kapan bermain. Contoh : tidak membiasakan anak menonton TV pada hari-hari sekolah.
·         Seleksilah apa yang menjadi tontonan anak. Walaupun film kartun, belum tentu aman dikonsumsi oleh anak-anak. Pilihlah program TV yang mendidik anak dan sesuai usianya.
·         Menemani anak menonton TV. Dengan menemani, maka orangtua dapat mengajak anak membahas apa yang ada di TV  dan menolong anak untuk mengerti bahwa apa yang ada di TV tidak semua sama dengan apa yang ada sebenarnya. Melalui ini, orangtua juga dapat mempererat komunikasi dengan anak.
·         Diskusikan dan bantulah anak memperoleh manfaat dari acara TV, dengan menuntunnya mengambil nilai positif dari acara tersebut.  Dengan memanfaatkan saat-saat ini , bahkan orang tua dapat mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada anak.

Satu hal lagi yang sangat penting, janganlah menggunakan TV sebagai alat untuk menenangkan anak agar bisa duduk manis, sehingga  tanpa sadar orangtua menjadikan TV sebagai ‘electronic babysitter’.
Marilah menjadi orangtua yang peduli dengan aktifitas dan perkembangan anak-anak!
Tuhan Yesus memberkati!

No comments:

Post a Comment