Sebagai
orangtua saya bingung dengan anak kami yang berumur 6 tahun. Mamanya sering
dipanggil oleh guru kelas karena dia sering memukul temannya. Kata
gurunya, ini disebabkan anak kami terlalu banyak menonton TV. Anak kami memang senang nonton TV setiap
hari.
Yang
ingin saya tanyakan, apakah TV dapat mempengaruhi anak sehingga jadi suka
memukul temannya? Apa hubungannya antara TV dengan suka memukul?
(Sony,
34 tahun)
Bpk Sony,
Terima
kasih untuk pertanyaan Anda. Terima kasih juga untuk kejujuran Anda atas
perasaan Anda terhadap anak bahkan terhadap diri sendiri.
Saya
bisa memahami perasaan Anda yang sedang bingung dengan tingkah laku anak Anda.
Tentunya sebagai orangtua kita memiliki kerinduan agar anak kita bertumbuh
menjadi individu yang memiliki karakter yang baik, cerdas dan sukses.
Sehubungan
dengan pertanyaan Anda apakah ada hubungan antara TV dengan tingkah laku anak
yang suka memukul, sesungguhnya TV tidak bisa dikatakan sebagai satu-satunya
faktor yang bisa menjadi penyebab anak suka memukul. Namun TV bisa menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkah laku seorang anak.
Well....kita
semua tahu betapa besar kemajuan dan perubahan yang terjadi semenjak TV
ditemukan. Kita dapat menyaksikan siaran berita dari berbagai peristiwa di
seluruh dunia, kita dapat menyaksikan berbagai jenis film, dari film kartun,
drama, biografi, aksi, edukasi, dari dalam dan luar negeri. Anak juga dapat
belajar berbagai hal dari TV, seperti acara musik, olahraga, kesenian dan program
edukasi yang dapat menambah wawasan anak. Hanya sayangnya, persentasi acara TV
yang bersifat mendidik masih sangat sedikit sekali.
Nah,
jika memang begitu banyak kemajuan yang diberikan dengan adanya TV, lalu di
mana letak masalahnya?
Sebenarnya
TV-nya sendiri memang tidak bermasalah. Problemnya adalah berapa lama anak-anak
kita menonton TV, apa yang ditonton dan apa pengaruhnya bagi mereka?
Pokok
permasalahan yang terbesar adalah ketidakmampuan seorang anak untuk membedakan
dunia yang ia lihat di TV dengan dunia nyata. Bila orang dewasa melihat film,
mereka bisa membedakan antara apa yang sungguh terjadi atau hanya fiksi belaka.
Orang dewasa tahu bahwa kekerasan yang ditonton hanya terjadi dalam film. Sebaliknya,
anak-anak kebanyakan belum mengetahui apa itu akting, efek kamera, dan
sebagainya. Sehingga bagi mereka, dunia di luar rumah adalah dunia yang seperti
yang ada di TV, yang mereka lihat setiap kali. Misalnya mereka melihat tokoh jagoannya
mengalahkan penjahat. Akhirnya bagi mereka kekerasan menjadi hal yang biasa,
dan boleh-boleh saja dilakukan apalagi terhadap orang yang bersalah, karena
memang itu semua ditunjukkan dalam film-film.
Hal ini pernah dibuktikan di Amerika Serikat, di mana hasil penelitian menunjukkan bahwa karena terlalu banyak menonton TV, anak dapat jadi beranggapan bahwa kekerasan adalah hal yang wajar, dan bagian dari hidup sehari-hari. Dan sebagai akibatnya, mereka menjadi lebih agresif dan memiliki kecenderungan untuk memecahkan tiap persoalan dengan jalan kekerasan terhadap orang lain.
Hal ini pernah dibuktikan di Amerika Serikat, di mana hasil penelitian menunjukkan bahwa karena terlalu banyak menonton TV, anak dapat jadi beranggapan bahwa kekerasan adalah hal yang wajar, dan bagian dari hidup sehari-hari. Dan sebagai akibatnya, mereka menjadi lebih agresif dan memiliki kecenderungan untuk memecahkan tiap persoalan dengan jalan kekerasan terhadap orang lain.
Dan.... perlu diketahui bahwa perilaku
agresif sejak usia dini, akan berpengaruh pada perilaku anak ketika dewasa
nanti. Seperti kenakalan remaja, kekerasan dan kriminal.
Hal lainnya lagi
adalah saat menonton TV, anak menjadi kurang beraktivitas karena hanya duduk di
depan TV dan melihat apa yang ada di TV. Akibatnya, anak menjadi pasif, karena memang
orang yang menonton TV tidak perlu berbuat apa-apa. Hanya duduk, mendengar dan
melihat apa yang ada di TV. Sehingga kemampuan berpikir dan kreatifitas anak tidak terasah,
karena ia tidak perlu lagi membayangkan sesuatu seperti halnya bila ia membaca
buku atau mendengar musik.
Apalagi jika
anak sudah kecanduan menonton TV, tidaklah heran jika ia melalaikan tanggung
jawabnya seperti belajar ataupun mengerjakan tugasnya. Jangankan anak-anak,
orang dewasa pun jika sudah kecanduan menonton film, bisa melupakan segalanya.
Untuk itu, ada beberapa tips yang mungkin bisa dilakukan untuk menghadapi masalah ini,
antara lain:
·
Ajak
anak untuk melakukan aktifitas lain, selain hanya menonton TV. Orangtua dapat mengajak anak bermain atau
berolahraga di sekitar rumah. Atau dapat juga memperkenalkan dan mengajarkannya
suatu hobi yang baru, sehingga ia dapat mengerjakan hobinya sendiri.
·
Buatlah jadwal menonton dan aturan
mainnya. Atur waktu yang jelas, kapan menonton
televisi, kapan belajar dan kapan bermain. Contoh : tidak membiasakan
anak menonton TV pada hari-hari sekolah.
·
Seleksilah apa yang menjadi tontonan
anak. Walaupun film kartun, belum tentu aman dikonsumsi oleh anak-anak.
Pilihlah program TV yang mendidik anak dan sesuai usianya.
·
Menemani anak menonton TV. Dengan menemani,
maka orangtua dapat
mengajak anak membahas apa yang ada di TV dan menolong
anak untuk mengerti
bahwa apa yang ada di TV tidak semua sama dengan apa yang ada sebenarnya. Melalui
ini, orangtua juga dapat mempererat komunikasi dengan anak.
·
Diskusikan
dan bantulah anak memperoleh manfaat dari acara TV, dengan menuntunnya
mengambil nilai positif dari acara tersebut. Dengan memanfaatkan saat-saat ini , bahkan orang tua dapat
mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada anak.
Satu hal lagi
yang sangat penting, janganlah menggunakan TV sebagai alat untuk menenangkan
anak agar bisa duduk manis, sehingga
tanpa sadar orangtua menjadikan TV sebagai ‘electronic babysitter’.
Marilah menjadi
orangtua yang peduli dengan aktifitas dan perkembangan anak-anak!
Tuhan Yesus
memberkati!
No comments:
Post a Comment