Thursday 1 May 2014

Sahabatku....Dilemaku...??



Sejak 2 tahun yang lalu, di kampus..... saya punya kakak kelas yang  akrab banget, sama-sama perempuan. Saya enjoy  kalo curhat dengan dia... dia benar-benar perhatian sama saya, dia suka jemput saya kuliah. Kami sering pergi, jalan-jalan dan hang-out berdua ke mana-mana. Dia juga suka menasehati saya. Saya senang sekali dan sudah menganggap dia sebagai kakak saya sendiri. 
Jujur,  sebagai anak tunggal…sejak kecil saya sering merasa kesepian,  tidak punya teman ngobrol,  sedangkan papa mama sibuk jaga toko.

Tapi sekarang saya bingung, karena teman saya ini suka marah kalau saya ga mau diajak pergi, padahal saya ingin selesaikan tugas-tugas kuliah.  Saya juga mulai sering bolos ke gereja karena menemani dia jalan-jalan. Katanya dia ga mau pergi kalau tidak bersama saya.
Dia juga selalu kepengen tau jadwal saya setiap hari, dan saya harus terbuka sama dia, pokoknya ga boleh ada rahasia di antara kita.

Saya takut kalau dia marah, jadi saya selalu menuruti keinginannya.
Saya juga takut kalau kami tidak bersahabat lagi, karena sejak bersama dia, saya ga pernah kesepian lagi?
Saya harus bagaimana ya?  (Viena, 20 tahun)

JAWAB :
Viena,
Terima kasih untuk pertanyaan Anda. Terima kasih juga untuk kejujuran Anda atas perasaan Anda terhadap diri sendiri.
Saya bisa memahami perasaan Anda, senang sekali rasanya bisa memiliki sahabat yang sangat memperhatikan kita layaknya seperti kakak sendiri.
Apalagi selama ini Anda merasa kesepian,  tapi sejak bersahabat dengan dia, Anda tidak merasa kesepian lagi.

Nampaknya... hal yang sama juga dirasakan oleh teman Anda.
Bagi dia....Anda juga sahabat yang penting. Ada berbagai bentuk perhatian yang dia berikan untuk Anda, contohnya : menjemput kuliah, menjadi teman curhat, memberikan nasehat, mengajak Anda hang-out, bahkan selalu ingin tahu apa yang Anda lakukan setiap hari.

Sebagai individu, kita pasti memerlukan hubungan dengan sesama dan persahabatan.
Thomas Aquinas berkata, “Persahabatan adalah sumber kesenangan terbesar, dan tanpa sahabat, kegiatan yang paling menyenangkan sekalipun jadi membosankan.”
Amsal 18 : 24b menuliskan, “Ada juga sahabat yang lebih karib daripada seorang saudara.”

Namun, Amsal 12:26 juga mengingatkan kita, “Orang benar berhati-hati dalam persahabatan, tetapi jalan orang fasik menyesatkan mereka.” (terjemahan bebas dari Alkitab bahasa Inggris/NIV) .
Artinya...kita juga perlu berhati-hati di dalam persahabatan, karena ada persahabatan yang sehat dan yang tidak sehat.

Kita perlu mengamati apakah sahabat kita membawa pengaruh positif dalam hidup kita?  Hal-hal di bawah ini bisa menjadi ukuran seberapa sehatnya persahabatan kita :
-   Apakah sahabat kita mendorong kita untuk membuat pilihan yang bijaksana?
-   Apakah mereka menolong kita untuk bertumbuh? Apakah mereka menolong kita untuk mendekat kepada Tuhan?
-   Apakah mereka memotivasi dalam kemalasan kita, bersukacita karena keberhasilan kita, menangis dalam duka kita, menentang dosa kita, menghibur kala kita sakit, tertawa dalam kegembiraan kita?

Beberapa persahabatan pada awalnya memang kelihatan wajar, tetapi bisa berbalik bisa menjadi sesuatu yang merusak bila menghambat pengembangan diri dan menciptakan halangan untuk bertumbuh.

Jika saya melihat persahabatan Anda, pada awalnya cukup baik, namun kemudian menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut :
-   Memaksakan keinginannya. Jika keinginannya tidak Anda turuti, ia menjadi marah.
-   Lebih memilih untuk menghabiskan waktu hanya bersama dengan Anda, bahkan eksklusif hanya berdua saja.
-  Tidak mau melakukan apa pun jika sahabatnya tidak diikutsertakan (ketergantungan yang berlebihan).
-  Memberi perhatian secara berlebihan, bahkan cenderung mengontrol kehidupan pribadi.  Contohnya : ia ingin mengetahui jadwal Anda dan menuntut Anda untuk menceritakan segalanya (tidak boleh ada rahasia).
-   Tidak mendukung sahabatnya. Ia tidak peduli bahwa Anda harus menyelesaikan tugas kuliah, yang penting baginya adalah Anda harus menemaninya.
-    Perlahan-lahan membuat Anda semakin menjauhi ibadah.

Oleh karena itu, saya bisa memahami Anda yang menjadi bingung karena Anda mulai merasakan bahwa persahabatan Anda dengannya semakin tidak sehat. Tapi di sisi lain Anda takut kehilangan sahabat yang begitu memperhatikan Anda.

Nah, ada beberapa hal yang mungkin dapat menjadi masukan,  sebagai berikut :

Pertama, alangkah baiknya jika Anda dapat berinisiatif mengajak teman  Anda untuk bergabung dengan komunitas yang membangun,  seperti CareCell, persekutuan mahasiswa,  atau ibadah Youth supaya persahabatan kalian tidak eksklusif berdua saja, melainkan sama-sama bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus.  Dengan demikian,  Anda  dapat memberikan pengaruh positif untuk teman Anda,  bukan sebaliknya.
Selain itu,  apabila Anda aktif terlibat dalam komunitas,   teman-teman Anda semakin banyak dan Anda tidak akan merasa sendirian lagi.

Kedua, Anda harus menetapkan batasan -batasan dalam persahabatan. 
Anda perlu belajar untuk berkata "tidak" terhadap permintaan dia jika  Anda harus menyelesaikan tugas kuliah ataupun tanggung jawab lainnya.
Ada batasan juga dalam kehidupan pribadi  dan privacy Anda yang tidak harus diketahui oleh dia.

Ketiga, apabila teman Anda semakin memberikan tekanan atau pengaruh negatif, Anda perlu mempertimbangkan kedekatan hubungan kalian. 
Karena di dalam 1 Korintus 15:33, menuliskan bahwa “Pergaulan yang buruk dapat merusak kebiasaan yang baik.”
Apakah Anda akan membiarkan kehidupan Anda semakin mundur demi menuruti keinginan dia?

Tentukan pilihan yang benar dalam persahabatan !
Kita perlu belajar bagaimana dan kapan harus mempertahankan persahabatan tertentu,  melepaskan yang lain dan mengembangkan yang baru di sepanjang perjalanan hidup.
Tuhan Yesus memberkati !

No comments:

Post a Comment