Saya sudah menikah selama 3 tahun. Suami saya beda agama. Memang sejak pacaran, kami sudah beda agama. Saya berpikir jika menikah, saya bisa menginjil dan mengajak suami ke gereja. Tetapi sampai hari ini, suami belum mau ke gereja. Kalau saya mengajak dia, suami selalu menolak dan akhirnya kami bertengkar. Jika bertengkar, suami saya bilang, “Kog orang Kristen sifatnya seperti itu?” Saya jadi bingung, bagaimana caranya supaya suami saya bisa bertobat dan terima Tuhan Yesus? (Eveline, 35 tahun)
JAWAB :
Bu Eveline,
Terima kasih untuk keterbukaan
dan pernyataan Anda. Saya bisa memahami perasaan Anda, memanglah
tidak mudah hidup dengan pasangan yang tidak seiman. Apalagi jika perbedaan iman
menjadi sumber pertengkaran dalam rumah tangga. Di satu sisi Anda rindu membawa suami Anda
kepada Kristus dengan mengajaknya ke gereja. Tetapi di sisi yang lain, saya juga
berusaha memahami kondisi suami Anda yang mungkin merasa jengkel karena hal ini
tidak pernah dipersoalkan sebelum menikah. Ibaratnya perasaan suami Anda berkata, “Engkau telah menerimaku apa
adanya... lalu bersedia menikahiku, sekarang setelah menikah mengapa engkau malah memaksaku ikut ke gereja?”
Nampaknya, inilah yang
menyebabkan Anda dan suami bertengkar.
Hhhmm.....memang kehidupan
tidak seiman dapat menjadi problem tersendiri dalam rumah tangga.
Firman
Tuhan jelas menyatakan bahwa, "Janganlah kamu merupakan pasangan yang
tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah
terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat
bersatu dengan gelap?" (2 Korintus 6:14).
Tuhan menghendaki
agar suami istri dapat saling menjadi teman rohani, melayani bersama, dan bukan
menjadi penghalang untuk bertumbuh di dalam Dia.
Tetapi, jika kondisinya seperti
Anda dan suami, maka alangkah baiknya jika pihak yang beriman memperhatikan dan
melakukan apa yang diajarkan oleh Firman Tuhan.
Dalam 1 Petrus 3 : 1-7 memberikan petunjuk
bagaimana harus bersikap kepada pasangan yang tidak seiman.
Ada beberapa
hal yang harus dilakukan, sebagai
berikut :
1.
“Demikianlah juga hai istri-istri tunduklah kepada
suamimu. Juga kamu hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan istrimu,
hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia.”
Dengan kata lain, yang harus dilakukan adalah melakukan
kewajiban baik sebagai istri maupun suami. Sebagai istri, Tuhan meminta agar
istri tetap tunduk dan hormat kepada suami, sekalipun berbeda iman.
2.
Selanjutnya firman Tuhan mengajarkan, “..supaya
jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada firman Tuhan mereka juga tanpa
perkataan dimenangkan oleh kelakuan istrinya, jika mereka melihat bagaimana
murni dan salehnya hidup istri mereka itu.”
Nah, seringkali tanpa sadar kata-kata kita lebih sering
memancing perdebatan. Bahkan ada sebagian orang berdebat karena menganggapnya
sama dengan memberitakan Injil. Ketahuilah bahwa perdebatan jarang bisa membawa
orang untuk mengenal Tuhan, karena sifat manusia dalam perdebatan selalu ingin
menang. Sehingga, reaksi yang muncul
adalah menjadi negatif, karena merasa seakan-akan digurui apalagi oleh
pasangannya sendiri dan hal ini makin sulit diterima. Akibatnya justru menjadi
bumerang, kata-kata itu tidak berdampak, malah menjadi sumber pertengkaran.
3.
“Jika mereka melihat bagaimana murni dan salehnya
kehidupan istri atau suaminya”.... diharapkan pasangan yang tidak seiman akan
sadar dan berubah.”
Artinya adalah :
-
Kehidupan kita harus lebih baik daripada pasangan
kita.
Seringkali tanpa sadar justru kita tidak dapat
menahan diri dalam kemarahan. Pasangan yang tidak seiman akan sulit menerima
Injil jika sering dimarahi. Jadi, orang yang ingin memberitakan Injil kepada
pasangannya, harus memiliki hidup yang lebih baik daripada orang-orang yang
tidak seiman.
Percayalah bahwa wanita saleh akan mengundang rasa
kagum dan hormat sang suami.
-
Orang yang telah dewasa dalam Tuhan sanggup
menyelesaikan perselisihan dengan cara-Nya.
Tuhan meminta setiap orang percaya untuk memimpin
orang lain ke jalan yang benar dalam roh yang lemah lembut. Contohnya, jika terjadi
pertengkaran, mintalah maaf terlebih dulu atau mengajak berdamai. Janganlah
menyimpan dendam dan berkata-kata kasar. Karena hal itulah yang nanti akan
terlihat oleh pasangan.
Ingatlah
bahwa perbuatan akan berkata-kata lebih banyak dan lebih kuat daripada
kata-kata!
Setiap orang tentu harus
banyak berdoa untuk pasangannya yang tidak seiman, dan apa pun yang terjadi
dalam kehidupan ini percayalah bahwa Tuhan akan menolong kita.
Tuhan Yesus memberkati !
No comments:
Post a Comment