Saturday 15 March 2014

Mother & Son



Institusi pendidikan yang utama adalah keluarga.
Di dalam keluarga yang sehat, setiap orang selalu belajar satu sama lain, termasuk di mana pria dapat belajar dari kaum wanita dan sebaliknya, dan generasi demi generasi dapat belajar satu sama lain.
Anak-anak perlu belajar dari orangtua mereka dan pembelajaran tersebut dapat mempengaruhi kehidupan mereka di masa mendatang.

Anak laki perlu melihat karakter kepriaan di dalam teladan sang ayah.
Dan….anak laki perlu mempelajari kelemahlembutan, kasih sayang dan ketrampilan berkomunikasi melalui ibu. Para ibu perlu mengajar anak-anak laki untuk menghargai dan menghormati perbedaan-perbedaan yang diciptakan Allah dalam wanita.


Dalam Kejadian 2, Allah telah menciptakan Adam, yang utuh dan sempurna dalam segala hal, kecuali Adam tidak memiliki seorang pun di mana ia dapat berbagi hidup. Maka Allah membuat Adam tertidur dan ‘mengambil’ sesuatu daripadanya. Dengan apa yang Ia ambil dari Adam, Allah menjadikan seorang wanita, kemudian membangunkan Adam, menyatukan keduanya, dan berkata “Sangat Baik !”
Kemudian Adam telah memiliki seseorang untuk berbagi hidup.

Nah, saat Allah mengambil sesuatu dari Adam, sesuatu yang hilang ini menjadi kebutuhan Adam. Dari sesuatu yang Allah ambil dari Adam, dibentukNyalah seorang wanita.
Jadi, Allah menaruh apa yang dibutuhkan oleh pria di dalam diri satu pribadi yang disebut wanita. Sejak saat itu, pria telah melakukan pencarian akan apa yang hilang.
Kita semua membutuhkan sesuatu dan kita mencari orang-orang yang memiliki apa yang tidak kita miliki.
Sama dengan wanita juga tidak memiliki ‘satu paket yang sempurna’ dalam dirinya. Allah mengambil sesuatu dari pria untuk menciptakan wanita, dan sejak saat itu, wanita mencari dari mana mereka berasal supaya bisa menjadi sempurna.
Kejadian 2:18, Allah menjadikan seorang isteri untuk melengkapi suami, bukan untuk menyaingi suaminya.
Seorang pria akan mencari apa yang ia rasa hilang dari dirinya dan kenyataan bahwa ‘paket dari Allah’ itu berada dalam tubuh wanita.

Allah membangun sebuah kekuatan besar di dalam pria dan wanita yang disebut dorongan seks (1 Korintus 7:1).
Allah telah menciptakan kaum pria yang lebih beorientasi pada fisik dan kaum wanita lebih beorientasi pada perasaan.
Karena hormon testosteron, membuat anak laki-laki secara umum lebih berfokus pada dunia fisik mereka dan lebih sedikit berfokus pada dunia emosional mereka.

Menurut penelitian, pada usia 4 tahun, hampir 100% suara-suara yang keluar dari bibir seorang anak perempuan kecil adalah kata-kata komunikasi, sementara 60%  dari suara-suara yang keluar dari seorang anak laki-laki hanyalah suara belaka...suara derit ban, tembakan senapan, bunyi pesawat terbang, dan sebagainya.

Ada 2 dampak dari perbedaan pria dan wanita :
1.      Pria lebih berorientasi pada fisik dan semua keterlibatan fisik memicu api, yaitu dorongan seksual. Pada saat hormon pria terpicu, pikiran pria berhenti bekerja. Dengan kata lain, setiap keterlibatan secara fisik sifatnya malah tidak produktif.
2.  Kaum pria tidak mahir atau merasa nyaman dalam hal mengkomunikasikan dunia di dalam dirinya....emosinya dan perasaannya. Ia butuh memperoleh cara berkomunikasi, yang ada pada diri wanita.

Kekacauan terbesar dalam masyarakat kita saat ini adalah kecanduan seks dan pronografi yang benar-benar tidak bermoral.
Ternyata, beberapa faktor penyebab hal tersebut adalah akibat :
1.      Jurang antara perkembangan fisik dan emosional.
Pada saat memasuki masa pubertas, hormon testosteron akan memberikan rangsangan seksual. Sehingga anak remaja pria menemukan apa yang dapat membuatnya merasa enak. Ini terjadi secara alamiah. Tapi pengalaman ini bisa mengejutkan dan juga menakutkan.
Di lain pihak, ada suara negatif bahwa seks adalah tabu, sehingga tidak ada pembicaraan atau edukasi tentang seks secara benar. Anak tidak mendapat informasi yang benar tentang seks, sehingga mereka merasa bersalah dengan dorongan seks mereka.

Rasa bersalah membuat mereka menyembunyikannya. Perasaan mereka tentang keinginan seksual diartikan sebagai sesuatu yang jahat, padahal sebenarnya adalah sesuatu yang alamiah.
Inilah yang mengakibatkan kecanduan seks.
Asal mula setiap kecanduan, pertama-tama adalah melakukan sesuatu yang kita rasakan buruk. Sebagai akibatnya kita akan menghakimi diri sendiri sebagai orang yang buruk. Bila kita menghakimi diri kita sendiri dengan buruk, maka kita secara alami akan melakukan sesuatu yang buruk. Merasa buruk tentang diri kita sendiri akan menyebabkan kita melakukan lebih banyak hal buruk lagi. Dan saat kita lebih banyak lagi melakukannya, kita merasa lebih buruk dan kemudian akan melakukan lagi, sehingga menjadi satu lingkaran ikatan, yaitu kecanduan.

2.      Emosi pria yang tertahan.
Mentalitas “macho/jantan” dalam masyarakat kita mengajarkan setiap anak laki-laki untuk menyangkal dan menyembunyikan perasaan-perasaan mereka. Pria sejati dianggap seharusnya tidak memiliki perasaan-perasaan dan tidak boleh menangis.
Orangtua yang sering melarang anak laki-laki menangis, tanpa sengaja mengajarkan anak laki-laki untuk memutuskan hubungan dengan perasaan-perasaan tubuh akan rangsangan seksual dari perasaan-perasaan hati.
Itulah sebabnya sangat mungkin bagi pria untuk menikmati seks dengan seorang wanita yang bukan istrinya.
Sebaliknya, kebanyakan wanita tidak dapat menikmati seks dengan pria di luar suami mereka karena para wanita dengan tepat menghubungkan perasaan-perasan tubuh akan rangsangan seksual dengan perasaan kasih secara emosional.

3.      Sensualitas pria yang tertahan.
Anak laki belajar bagaimana caranya untuk tidak penuh kasih sayang dan peka.
Contoh : tidak menggandeng tangan ibu.
Akibatnya pria tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebesar istri mereka, yaitu kasih sayang.

4.      Ego pria.
Allah telah  memerintahkan kaum pria suatu tanggung jawab untuk menjaga dan memelihara keluarga mereka. Ego kaum pria adalah sumber kekuatan yang menolong para pria memerangi faktor-faktor luar yang akan  mengancam peranan ini.
Masyarakat secara perlahan telah mengembangkan suatu peranan yang menyimpang bagi ego kaum pria.
Contoh : semakin jantan seorang pria, semakin banyak wanita yang secara seksual bisa ditaklukkan.

5.      Peran masyarakat.
Pornografi saat ini tersedia dan tersebar di mana serta dianggap normal. Pria secara alamiah akan dirangsang melalui kelima indra jasmani mereka.
Jadi kita perlu menjaga anak-anak remaja pria kita secara fisik, rohani dan mental.
Kita perlu menolong mereka dengan memberikan informasi dan mendampingi mereka melewati tahun masa remaja dengan baik.

PERANAN IBU
Ibu adalah pahlawan setiap pria. Para pahlawan memiliki sesuatu yang tidak kita miliki atau melakukan sesuatu yang tidak dapat kita lakukan.
Para ibu memiliki kemampuan-kemampupan yang tidak dimiliki anak laki dan mereka melakukan banyak hal yang tidak dapat dilakukan oleh anak laki-laki.

1.      Para ibu memberi ‘tools’ kepada anak laki-laki mereka.
Para ibu adalah ahli dalam mengkomunikasikan perasaan-perasaan mereka. Sifat ibu yang penuh kasih sayang dapat mengajar anak laki-laki untuk menjadi pribadi yang penuh kasih sayang.
Bagian dari apa yang Allah masukkan dalam ‘satu paket’ ke dalam wanita adalah ketrampilan emosional untuk komunikasi yang berhasil.
Keahliannya menggunakan ‘tools’ ini akan sangat menolong dia pada saat ia berjumpa dengan seorang wanita yang ia coba kenali lebih jauh. Ia juga perlu memahami apa yang sebaiknya tidak dilakukan supaya dapat mengelola dorongan hormon.

2.      Ibu berkencan dengan anak laki-laki.
Kencan adalah suatu komunikasi yang terencana dan spesial. Ini adalah situasi yang ideal bagi para ibu untuk melatih anak laki dalam komunikasi. Kencan dilakukan dengan meninggalkan rumah. Di rumah, biasanya ibu berperan sebagai bos, pengajar, pelayan atau bahkan musuh. Tetapi dalam kencan, ibu  menjadi seorang teman.
Sebagai seorang teman, akan terjadi komunikasi dari hati ke  hati, dan ini adalah cara untuk membangun hubungan yang sejati.
Anak laki-laki perlu belajar bagaimana membagikan apa yang mereka sedang rasakan.
Kencan juga merupakan kesempatan untuk melatih anak laki bagaimana bertatakrama, seperti membukakan pintu bagi wanita, menyediakan tempat duduk lebih dulu dan sebagainya.
Kencan dapat dipraktekkan sebulan sekali.

3.      Membangun ego kepriaan anak laki-laki.
Allah menciptakan dan memperlengkapi pria untuk berurusan dengan dunia luar. Mereka adalah penyedia kebutuhan dan pelindung keluarga mereka. Tanggung jawab ini membutuhkan kekuatan batiniah dan para pria membutuhkan wanita untuk membangun kekuatan ini. Pria membutuhkan dorongan dan semangat dari wanita.
Wanita yang terpenting dalam kehidupan anak laki yang masih kecil adalah ibunya. Anak laki membutuhkan kata pujian, kekaguman dan pengakuan dari sang ibu.

4.      Mengajar anak laki-laki untuk menghormati wanita.
Pada saat memasuki tahun remaja, sangat penting anak laki mendengarkan dan memahami perasaan-perasaan yang dimiliki kaum wanita. Ibu adalah guru yang sempurna.
Dalam masyarakat, terlalu banyak pria yang berpikir tentang wanita sebagai obyek.
Mereka perlu belajar bahwa wanita adalah orang biasa dengan perasaan yang nyata.

5.      Membangun persahabatan.
Ketika anak-anak masih kecil, mereka membutuhkan orangtua untuk dukungan fisik. Saat bertumbuh masuh ke dalam kedewasaan, mereka seharusnya menjadi lebih mandiri lagi. Hubungan orangtua-anak seharusnya berubah dari ketergantungan fisik menjadi persahabatan.
Bertumbuh mandiri secara fisik membutuhkan hikmat, yang hanya diperoleh melalui hubungan.
Bila para ibu tidak pernah mengubah posisi dari posisi sebagai ibu kepada persahabatan, maka anak –anak laki akan kehilangan kesempatan untuk belajar dari persahabatan dengan seorang wanita.

PERANAN AYAH
Para ayah perlu bercakap-cakap dengan anak laki mereka. Mereka perlu berbicara tentang seks dengan cara yang positif. Yaitu membagikan kepada anak laki bagaimana caranya mereka telah belajar mengatasi perubahan dan perasaan-perasaan di dalam tubuh mereka sendiri.
Ini akan menyiapkan anak-anak laki secara pendidikan, sementara pada saat yang bersamaan meningkatkan keintiman dan persahabatan ayah-anak.

Marilah kita para orangtua menjadi jawaban bagi generasi-generasi yang akan datang !!

(Sumber : John Burns)

No comments:

Post a Comment